"Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan" - Imam Syafi'i ___ "Setiap orang adalah guru, dan setiap rumah adalah sekolah" - Ki Hadjar Dewantara ___ "Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan" - Mario Teguh____ "Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan, tapi orang yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan" – Ali bin Abi Thalib

Label

Berbagi (49) Info (48) Sosialisasi (33) Belajar (28) Media Cetak (18) Pena (14) Motivasi (13) Vlog (9) Kemitraan (6) RPP (4)

Kamis, 01 April 2021

Filosofi Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Dorong Lompatan Kreatifitas Menuju Indonesia 2045 (bangkitmedia.com)


Tahun 2045 dianggap sebagian pihak sebagai momentum bangkitnya Indonesia. Karena, bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus juga potensi bonus demografi.

Indonesia menuju track yang tepat. Meski dalam situasi pandemi, kita semua harus optimis untuk perbaikan pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan langkah-langkah untuk percepatan di semua lini terkait sektor pendidikan dan kebudayaan. Mas Menteri Nadiem Makarim menyampaikan konsep Merdeka Belajar sebagai sebuah langkah percepatan dari skenario untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas.

Filosofi merdeka belajar ini, menjadi sesuatu yang mutlak untuk disampaikan. Ada kebijakan-kebijakan yang didorong. Dulu ada pembatasan dana operasional sekolah. Nah, ini kemudian bisa disederhanakan. Kepala sekolah yang paling mengerti kebutuhan sekolah dengan dana operasional, ada perbaikan kebijakan anggaran menjadi lebih berpihak. Daerah di luar Jawa, mendapatkan akses dan rekapitulasi anggaran yang lebih besar, dibandingkan daerah di Jawa.

Nah, kemudian persiapan kompetensi. Program Kampus Merdeka yang dicanangkan Mas Menteri, ada 20 SKS yang diharapkan memberikan pengalaman baru. Karena, problem kita, tentang kesiapan dengan dunia usaha,” jelas Hasan, yang menulis buku ‘Literasi Digital’.

Pengalaman baru yang coba dihadirkan, interaktif dengan start-up, dengan pemerintah daerah setempat. Nah, pengalaman itu diharapkan mampu menajamkan teori-teori yang selama ini diajarkan di perguruan tinggi. Kami sadar bahwa pendidikan itu bukan proses fabrikasi, yang hasilnya langsung kelihatan. Biasanya butuh waktu sekitar 20 tahun untuk melihat proses dari pendidikan. Kami ingin agar nanti pada 2045, pada momentum Indonesia emas, kita menuai hasil yang maksimal bersamaan dengan optimalisasi bonus demografi.

Pendidikan Indonesia membutuhkan dukungan penuh bagi semua pihak untuk mencipta perbaikan. Sinergi dan kolaborasi antar pihak menjadi hal penting yang sangat diharapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar